Senin, 24 Januari 2011

Bereskan Urusan Perpajakanmu...!!!

Bulan-bulan seperti ini, Januari sampai April adalah bulan yang keramat bagi seorang akuntan, konsultan terutama konsultan pajak. Bulan-bulan itu adalah bulan yang syarat akan Laporan. Kita liat saja.

Januari, adalah bulan untuk pelaporan PPh 21 WP Badan. Paling lambat lapor adalah tanggal 20, dan paling lambat setor adalah tanggal 10 bulan Januari. Full
stres untuk bulan tersebut. Apalagi saat menghitung gaji karyawan dan pajaknya ada selisih, ataupun ada posisi lebih bayar. Mampus... Itulah mungkin yang ada di pikiran seseorang.

Maret, masa dimana PPh 21 Pribadi harus dilaporkan. Akhir bulan Maret harus sudah dilaporkan, dan tanggal 25 harus sudah bayar. Bulan ini biasanya repot untuk mengidentifikasi penambahan-penambahan aktiva dari OP. Bahkan kadangkala kita bisa lihat kalau OP tersebut membayar pajak yang kecil, tetapi mampu membeli rumah mewah, mobil mewah. Belum lagi kalau kita lihat di A1 nya. Gaji yang didapat sangat kecil. Bila dibanding dengan biaya listrik, telponnya atau HP nya, atau bahkan biaya hidupnya, kita pasti bakalan geleng kepala. Ada sesuatu yang ganjal pada laporan pajak nya.

April, PPh 29 untuk Badan. Sangat krusial. Kita harus melakukan korelasi dengan PPN nya, dengan biaya-biayanya. Apalagi kalau laporan tersebut dibuat-buat, wah bisa celaka 12. Wah, bayar pajaknya kegedean nih, jangan segini. Atau ada yang bilang wah gak bisa lebih kecil lagi? Lagi seret nih keuangan kita. Capek deh.....

Memang kadang sebagai konsultan, kita selalu mengingatkna untuk open atas semua transaksi yang dilakukan perusahaan. Tapi dengan berbagai macam alasan, perusahaan berusaha menutupi sebagian kecil transaksi yang lain. Yah, saya hanya bisa berharap semoga perpajakan kita bisa lebih baik lagi. Dimana para pengusaha bisa leluasa melakukan usaha mereka dan terbuka terhadap pajak, dan juga para pejabat pajak tidak melakukan korupsi atas pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak.

Mengutip perkataan dari Pajak, hari gini masih korupsi, Apa kata dunia........

Happy Birthday....!!!

Ya, kata-kata itulah yang diucapkan saat seseorang memperingati tanggal kelahirannya. Kadangkala diiringi doa semoga panjang umur, banyak rejeki, dan sebagainya. 23 Januari kemarin adalah tanggal kelahiranku, 3 kali sudah aku merayakan tanggal kelahiran bersama istri tercinta. Bukan merayakan sih sebenarnya, soalnya memang tidak ada acara apa-apa. Hanya saja istriku memasakkan masakan spesial untuk merayakannya, yang aku nikmati bersama dengan kakak. Memasak nasi kuning. Ada semacam tradisi dalam keluargaku, bila ada acara ulang tahun, idul fitri, makanan satu ini tidak akan pernah lupa disajikan.

Nasi kuning yang gurih selalu aku bawa pada saat aku masih SD bila ada kegiatan-kegiatan semacam malulid an, Agustus an. Hmmm... Jadi lapar lagi kalo membicarakan nasi kuning....

Dengan bertambahnya umurku, aku berharap aku bisa menjadi seseorang yang lebih baik, yang lebih sabar dalam membina rumah tangga, dan menjadi imam yang baik bagi Istri dan anakku kelak. Umur panjang adalah suatu berkah dan anugerah, maka manfaatkanlah umur kita sebaik-baiknya untuk kebaikan. Jangan sampai dengan umur yang panjang tersebut kita menjadi lupa diri dan takabur kepada Allah.

Ada orang yang bilang, apa visi dan misi untuk tahun berikutnya setelah kamu berulang tahun? Aku hanya berharap keluargaku dilimpahi rejeki yang barokah, bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah. Ada satu lagi yang mungkin ada di pikiranku saat ini, adalah melunasi hutang-hutangku... Amien....

Jumat, 07 Januari 2011

Kekagumanku (seperti lagunya Clip) pada seseorang...

Setiap kali membaca tulisan sang master (menurut saya) Dahlan Iskan, saya selalu senang. Merasa seolah-olah saya ikut masuk ke ceritanya tersebut. Bisa karena topik yang diangkat memang menarik atau mungkin Pak Dahlan memasukkan unsur mistis ya waktu menuliskannya. Ah, kalo alasan yang terakhir itu yang gak masuk akal. Sekian lama Pak Dahlan bergelut dengan korannya, Jawa Pos, tentu saja keahlian menulis beliau semakin terasah.

Bahkan, saat susah pun beliau tetap menuliskan kesusahannya itu. Buku Ganti Hati, menceritakan tentang beliau saat turun mesin, dituliskan sedemikian rupa juga, sehingga kita yang membacanya juga seolah-olah ikut merasakan kesusahannya. Yah, memang dasar seorang jurnalis tulen. Saat sakit pun gak pernah lepas dari laptop untuk menulis kisah-kisah. Ato mungkin Pak Dahlan menulis buku itu untuk menutupi biaya untuk ganti hati ya? Ah, kok selalu negatif thinking ya.

Mungkin dulu kita sering menikmati tulisan beliau lewat korannya, Jawa Pos. Meskipun sekarang kadang-kadang tulisan beliau masih muncul di Jawa Pos. Kadang saya merasa kangen untuk membaca tulisannya, yang berisikan ide-ide brilliant nya, yang ditulis apa adanya. Untungnya, saya masih bisa membaca tulisan-tulisannya lewat CEO note nya. Ah, seperti pelepas dahaga saja saat membaca catatan beliau saat mengentaskan PLN dari jurang. Berat, dan banyak tantangan. Sampai saya (yang bukan merupakan keluarga, hanya fansnya) merasa takut kalau terjadi apa-apa dengan beliau. Karena dengan bergabung dengan PLN, saya yakin Pak Dahlan pasti banyak melanggar aturan dokter. Seperti misalnya tidur malam (yang seharusnya jam 10 malam sudah harus tidur), tidak boleh kecapekan dan sebagainya.

Jaga kondisi ya Pak Dahlan, kami masih sangat membutuhkan anda, sebagai motivator kami yang muda. Indonesia masih membutuhkan orang seperti Bapak...