Setiap kali membaca tulisan sang master (menurut saya) Dahlan Iskan, saya selalu senang. Merasa seolah-olah saya ikut masuk ke ceritanya tersebut. Bisa karena topik yang diangkat memang menarik atau mungkin Pak Dahlan memasukkan unsur mistis ya waktu menuliskannya. Ah, kalo alasan yang terakhir itu yang gak masuk akal. Sekian lama Pak Dahlan bergelut dengan korannya, Jawa Pos, tentu saja keahlian menulis beliau semakin terasah.
Bahkan, saat susah pun beliau tetap menuliskan kesusahannya itu. Buku Ganti Hati, menceritakan tentang beliau saat turun mesin, dituliskan sedemikian rupa juga, sehingga kita yang membacanya juga seolah-olah ikut merasakan kesusahannya. Yah, memang dasar seorang jurnalis tulen. Saat sakit pun gak pernah lepas dari laptop untuk menulis kisah-kisah. Ato mungkin Pak Dahlan menulis buku itu untuk menutupi biaya untuk ganti hati ya? Ah, kok selalu negatif thinking ya.
Mungkin dulu kita sering menikmati tulisan beliau lewat korannya, Jawa Pos. Meskipun sekarang kadang-kadang tulisan beliau masih muncul di Jawa Pos. Kadang saya merasa kangen untuk membaca tulisannya, yang berisikan ide-ide brilliant nya, yang ditulis apa adanya. Untungnya, saya masih bisa membaca tulisan-tulisannya lewat CEO note nya. Ah, seperti pelepas dahaga saja saat membaca catatan beliau saat mengentaskan PLN dari jurang. Berat, dan banyak tantangan. Sampai saya (yang bukan merupakan keluarga, hanya fansnya) merasa takut kalau terjadi apa-apa dengan beliau. Karena dengan bergabung dengan PLN, saya yakin Pak Dahlan pasti banyak melanggar aturan dokter. Seperti misalnya tidur malam (yang seharusnya jam 10 malam sudah harus tidur), tidak boleh kecapekan dan sebagainya.
Jaga kondisi ya Pak Dahlan, kami masih sangat membutuhkan anda, sebagai motivator kami yang muda. Indonesia masih membutuhkan orang seperti Bapak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar